Beternak ayam merupakan industri penting di banyak negara, termasuk Indonesia dan China. Meski sama-sama menghasilkan ayam untuk konsumsi, metode beternak di kedua negara ini memiliki perbedaan signifikan, baik dari segi skala produksi, teknologi, maupun orientasi pasar.
Baca Juga: Indonesia vs Bahrain 5 Perbedaan Sistem Beternak Ayam
1. Skala dan Sistem Beternak
China: Peternakan ayam di China dilakukan dalam skala besar dengan sistem intensif. Ayam broiler (pedaging) dipelihara dalam kandang baterai yang besar untuk memenuhi kebutuhan pasar daging secara masif. Pemeliharaan ayam di sini sangat fokus pada produktivitas dan efisiensi biaya, dengan penekanan pada sistem yang terkontrol secara ketat, seperti pengelolaan suhu, kelembapan, dan pencahayaan kandang
Indonesia: Di Indonesia, peternakan ayam lebih beragam. Selain sistem intensif untuk broiler, banyak peternak masih menggunakan metode tradisional, terutama untuk ayam kampung. Ayam kampung dipelihara dalam jumlah kecil dan memerlukan waktu yang lebih lama hingga siap dipanen. Walaupun produksinya lebih kecil, ayam kampung memiliki nilai jual yang lebih tinggi karena dagingnya yang dianggap lebih sehat dan memiliki rasa yang khas
2. Teknologi dan Inovasi
China: Teknologi berperan besar dalam industri peternakan ayam di China. Mereka menggunakan otomatisasi, seperti pemberian pakan otomatis, kontrol suhu, dan sistem ventilasi canggih. Teknologi ini bertujuan untuk mengoptimalkan hasil dan mengurangi biaya tenaga kerja. Selain itu, peternakan skala besar di China juga mengadopsi manajemen data untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan ayam secara real-time.
Indonesia: Di Indonesia, teknologi modern mulai diterapkan di peternakan besar, tetapi peternakan kecil dan menengah masih banyak yang mengandalkan metode manual. Sebagian besar peternak ayam kampung, misalnya, masih menggunakan sistem ekstensif di mana ayam dibiarkan berkeliaran dengan sedikit intervensi teknologi.
3. Tantangan Lingkungan
China: Salah satu tantangan besar bagi peternakan ayam skala besar di China adalah dampak lingkungan. Polusi air dan tanah akibat limbah ternak menjadi perhatian utama, sehingga pemerintah China memberlakukan regulasi ketat untuk mengurangi dampak ini.
Indonesia: Tantangan lingkungan di Indonesia bervariasi, tergantung pada skala peternakan. Peternakan kecil seringkali tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap lingkungan, tetapi peternakan skala besar menghadapi tantangan serupa seperti di China, terutama dalam pengelolaan limbah.
4. Orientasi Pasar
China: China memproduksi ayam tidak hanya untuk pasar domestik, tetapi juga untuk ekspor. Dengan kemampuan produksinya yang besar, China memasok ayam ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Indonesia: Sebagian besar produksi ayam di Indonesia berorientasi pada pasar domestik. Ayam kampung dan broiler merupakan dua jenis ayam yang paling populer di pasar lokal, dengan permintaan yang terus meningkat setiap tahunnya. Ayam kampung memiliki harga lebih tinggi dibandingkan broiler, namun broiler lebih cepat panen dan mudah diakses oleh konsumen.
5. Perbedaan Harga dan Kualitas
China: Produksi ayam broiler di China sangat efisien, yang memungkinkan harga jual lebih rendah di pasar, tetapi kualitasnya tetap dijaga dengan penerapan teknologi.
Indonesia: Ayam kampung di Indonesia memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan broiler karena proses pemeliharaannya yang lebih lama. Daging ayam kampung dianggap lebih gurih dan sehat karena kandungan lemak yang lebih rendah dan proteinnya yang lebih tinggi.
Baca Juga: Perbedaan Ayam Afkir vs Ayam Kampung untuk Bisnis Kuliner: Mana yang Lebih Menguntungkan?
Kesimpulan
Perbedaan utama dalam beternak ayam di Indonesia dan China terletak pada skala produksi, teknologi yang digunakan, serta orientasi pasar. China berfokus pada produksi massal dengan penggunaan teknologi canggih, sementara Indonesia lebih beragam, dengan perpaduan antara metode tradisional dan modern. Hal ini mencerminkan kebutuhan dan kondisi pasar yang berbeda di kedua negara.
Setiap negara memiliki pendekatan yang berbeda dalam industri peternakan ayam, yang disesuaikan dengan tantangan dan potensi pasar lokalnya. Dengan meningkatnya permintaan ayam di Indonesia, ada peluang besar bagi adopsi teknologi modern untuk memperbaiki produktivitas tanpa mengorbankan tradisi beternak yang telah lama ada.